Sabtu, 26 Juni 2010

Jatuhnya para "Raksasa": Putaran Grup telah Selesai


Para penggemar sepakbola sepertinya tidak diberi kesempatan untuk "menarik napas" karena begitu putaran grup selesai, ditandai pertandingan terakhir di grup H, putaran knock-out telah dimulai. Nanti malam kita bakal menyaksikan pertandingan pertama babak saling menggugurkan antara Uruguay versus Korea Selatan. Kita juga tidak akan dipaksa untuk pindah-pindah saluran siaran karena tidak ada lagi dua pertandingan yang dilaksanakan berbarengan.

Banyak drama terjadi di putaran akhir grup, kita bisa melabelinya tumbangnya para "raksasa". Dua raksasa sepakbola dunia mesti pulang lebih awal, dan yang lebih mengenaskan, mereka menjadi juru kunci di grup masing-masing. Kedua negara tersebut adalah Perancis dan Italia. Sementara satu dari dua raksasa sepakbola yang lain mesti berhadapan di babak awal knock-out, Jerman dan Inggris. Salah satu mesti hilang dari Piala Dunianya dua hari lagi.

Kekalahan Perancis dan Italia menjadi puncak dari tidak meyakinkannya dua negara besar itu sepanjang kualifikasi dan pemanasan menjelang Piala Dunia. Apalagi Perancis, setelah menang dengan bantuan tangan Henry, mereka tidak kunjung membaik. Permainan yang tidak bagus dan konflik internal membuat mereka disebut-sebut menerima "kutukan", tetapi dari telaah lain, hal ini menunjukkan komunikasi Domenech yang tidak bagus secara internal di dalam tim dan dengan media.

Pasca tumbangnya Perancis dan Italia ini, para manajer-pelatih pasti mulai memperhatikan media di negaranya masing-masing. Kita tahu bahwa media di Perancis dan Italia mengritik dengan keras pelatih kedua negara tersebut, mulai dari pilihan pemain-pemain tua dan dinilai tidak tepat, sampai pilihan taktik yang tidak pas. Toh Lippi dan Domenech terlihat tidak ambil pusing, dan ternyata masukan dari media terjawab sudah. Cara berkomunikasi Domenech yang kaku dan pilihan pemain tua oleh Lippi membuat keduanya pulang lebih awal.

Sebenarnya Maradona dan Dunga juga mendapatkan perlakuan yang sama dari media di negara masing-masing. Maradona dikritik keras karena tidak mengoptimalkan skuad yang dimiliki, hasil buruk di babak kualifikasi, dan pemanggilan pemain tua. Sementara Dunga dikritik oleh sebab yang mirip tetapi dalam tensi lebih kecil sebab Brasil tetap berposisi bagus di babak kualifikasi.

Namun, walau tidak diakui, Maradona sepertinya mendengarkan media. Messi di Piala Dunia menempati posisi yang bebas, bisa di depan dan bisa di tengah. Peran Messi berbeda dengan ketika di babak kualifikasi. Sementara hasil yang diperoleh Dunga dan anak buahnya tetap bagus sehingga tidak terpilihnya Ronaldinho dan Pato tidak lagi dibicarakan oleh media.

Seiring dengan tenggelamnya para raksasa, muncul juga para penakluk raksasa. Paling ada dua negara Asia yang mendapatkan status itu, Korea Selatan dan Jepang. Duo tuan rumah PD 2002 yang waktu itu juga membuat kejutan, terutama Korea Selatan. Para penakluk para raksasa yang lain adalah tiga negara dari Amerika Latin, Uruguay, Paraguay dan Cili. Ketatnya kompetisi di babak kualifikasi di zona Conmebol dianggap sebagai penyebab yang membuat tim-tim di wilayah ini sangat "liat". Di luar raksasa di sana, Brasil dan Argentina, tiga negara Amerika Latin ini patut diperhitungkan, apalagi Uruguay dan Paraguay yang menjadi juara grup.

Lalu, apa telaah kita untuk dua negara zona Concacaf yang juga lolos ke babak knock-out, Meksiko dan Amerika Serikat? menurut saya, zona Concacaf tidaklah sekompetitif Conmebol, Meksiki dan Amerika Serikat adalah dua penguasa di zona tersebut, tetapi karena mereka serius mempersiapkan diri dan ngotot ketika bertanding, mereka lolos. Kemenangan Amerika Serikat atas Aljazair di injury time adalah contoh nyatanya.

Enam tim Eropa yang lolos ke babak selanjutnya tetap wajib diperhitungkan, terutama Belanda dan Spanyol. Kita tunggu saja apakah dua tim hebat tanpa gelar juara dunia ini bisa mendapatkannya pada perhelatan kali ini. Di antara tim Eropa "baru" yang layak diperhitungkan adalah Slovakia. Penampilan mereka melawan tim manja dan tua, Italia, menunjukkan mereka tidak mudah takut dengan nama besar. Sementara satu-satunya tim Afrika yang lolos, Ghana, tetap punya peluang, asalkan mereka bermain spartan seperti kala mereka bertanding melawan Serbia. Tuah vuvuzela mungkin akan lebih kuat pada negara yang secara geografis dekat dengan Afrika Selatan :)

Berikut ini jadwal babak knock-out 16 besar secara berurutan, mulai nanti malam waktu Indonesia bagian barat pukul 21.00:

1. Uruguay vs Korea Selatan
2. Amerika Serikat vs Ghana
3. Jerman vs Inggris
4. Argentina vs Meksiko
5. Belanda vs Slovakia
6. Brasil vs Cili
7. Paraguay vs Jepang
8. Spanyol vs Portugal

bila babak pertama knock-out ini hanya ada satu "big match", Jerman vs Inggris, sangat mungkin babak berikutnya kita akan menikmati dua big match, Argentina vs Jerman dan Belanda vs Brasil. Wah, saya telah terlalu banyak menulis... :) Nanti dilanjutkan deh...

Sementara ini mari menunggu sambil menganalisis babak knock-out.
Delapan negara mana yang menurut teman-teman bakal lolos ke perempatfinal?

1 komentar:

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...