Jumat, 11 Juni 2010
Mereka Mencuri Perhatian Kita
Saya iri, luar biasa iri malah, dengan kaum yang disebut selebriti. Bukan pada ketenaran atau pun kekayaan yang mereka miliki. Saya sangat iri pada mereka karena mereka mudah sekali menarik perhatian kita gara-gara liputan oleh media. Diskusi penting bagi kehidupan publik tentang bail-out bank Century, dana aspirasi, serbuan Israel atas misi perdamaian, penculikan anak yang marak, rencana penarikan subsidi BBM, agak terpinggirkan karena pemberitaan mengenai video “panas” beberapa selebriti yang disebarkan di internet.
Bukan berarti pemberitaan yang melibatkan selebriti tidak mempunyai potensi menjadi pembicaraan yang lebih penting. Kasus tersebarnya video porno selebriti yang terjadi belakangan ini bisa menjadi isu penting bila dikaitkan apa yang kita pelajari sebagai kepentingan publik berkaitan dengan hal tersebut. Contoh bagaimana berita selebriti bisa menjadi pembicaraan yang lebih penting daripada sekadar gosip dan bergunjing adalah pemberitaan tentang Madonna yang mengadopsi anak-anak Afrika beberapa waktu lalu. Pembicaraan tersebut kemudian mengarahkan pada kesadaran publik bahwa prosedur adopsi anak sedemikian mudah di sana sehingga peran pemerintah dipertanyakan. Kemana pemerintah atas tindakan yang seharusnya melakukan lakukan? mereka punya kuasa politik dan semestinya bertindak, tetapi seringkali tindakan itu terlambat atau sama sekali tidak melakukan apa pun.
Dalam tataran yang lebih kecil, hal yang sama terjadi pada personel utama band ini. Bagaimana kaum selebriti mencuri perhatian kita. Hal yang saya ingat mengenai Bondan Prakoso adalah berkaitan dengan pemberitaan meninggalnya Gesang beberapa waktu lalu. Bondan menjadi bahan berita ketika dia berjanji akan meneruskan “tongkat estafet” melestarikan keroncong setelah Gesang. Seperti biasa, media tidak berusaha mencari informasi lebih dalam mengenai apa yang dia lakukan dengan keroncong. Apakah satu lagu “Kroncong Protol” dari album Unity (2007) cukup untuk menasbihkan dia dan teman-temannya peduli pada keroncong?
Lalu, apa yang akan kita lakukan sebagai masyarakat dengan musik keroncong? Apakah ada kelompok kaum muda pemusik lain yang mengembangkan keroncong? Bagaimana pemerintah misalnya, mengajarkan keroncong sebagai mata pelajaran di sekolah-sekolah? Masih cukup banyak pertanyaan yang semestinya didedah berkaitan dengan pengembangan musik keroncong. Bila sudah demikian, bisa dikatakan pemberitaan kaum selebriti tidak hanya sekadar mencuri perhatian tetapi juga meletakkan isu tertentu pada prinsip kepublikan.
Menurut saya, hal yang sama bisa menjadi kesimpulan atas album ini: kumpulan lagu di sini memang “mencuri perhatian” pula. Tetapi sayang, album ini belum cukup kuat menggedor sukma sebagai album yang sangat bagus. Walau begitu, dua lagu masuk dalam kategori sangat bagus dan memberi kita inspirasi untuk bergerak, yaitu “Ya Sudahlah” dan “Sang Juara”. Khusus lagu terakhir, kapan terakhir kali nasionalisme kita bangkit gara-gara lagu pop, lagu “Bendera” oleh Cokelat? Kalau gara-gara lagu perjuangan sih sudah sering, tetapi bagaimana dengan lagu pop? Kedua lagu inilah yang menurut saya membuat album ini habis terus di toko CD. Ini informasi yang saya dapatkan dari seorang penjaga toko dan yang menyebabkan saya ingin mengaksesnya. Pertanyaan waktu itu adalah, apa yang menarik di album ini sehingga albumnya laris manis “tanjung kimpul” :D
Lagu-lagu yang lain, menurut saya sih biasa saja. Walau begitu, bila saya masih muda, jauh lebih muda, musik di album ini sepertinya bisa menjadi penyemangat yang bagus di pagi hari daripada serombongan lagu di acara musik pagi hari di televisi. Musik yang dinamis dan variatif.
Aliran musik yang beragam, rap, ska, rock, dan sebagainya, menjadikannya enak untuk didengarkan. Tetapi hanya itu. Album ini belum dapat digunakan sebagai teman berkontemplasi. Mungkin pada album-album berikutnya, saat mereka beranjak lebih matang dan benar-benar meneruskan visi bermusik pak Gesang, menjadikan musik sebagai jalan hidup seperti “jalan pedang”-nya Musashi, terserah keroncong atau pun bukan.
Penyanyi : Bondan Prakoso & Fade 2 Black
Judul Album : For All
Tahun : 2010
Daftar lagu:
1. Ya Sudahlah
2. Good Time
3. Tetap Semangat
4. Sang Juara
5. Bumi ke Langit
6. Not with Me
7. S.O.S.
8. For All
9. Terinjak Terhempas
10. Kita Slamanya
11. Tidurlah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Menulis Lagi, Berjuang Lagi
Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...
-
Baru-baru ini kita dikejutkan kembali oleh peristiwa penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW. Set e lah penyebaran film Fitna tahun lalu, kal...
-
Untuk seorang sahabat lama di hati dan bukan dalam kehidupan nyata.... Entah mengapa aku sangat merindukanmu sekarang. "Urgency of now...
-
Membicarakan “nyala api”, entah mengapa saya jadi ingat dengan lagu the Doors, “Light My Fire”. Mungkin makna lagu ini tidak ada hubungan la...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar