Jumat, 18 Juni 2010
Kecakapan dalam Literasi Media
Literasi adalah salah satu kata dalam studi media yang seringkali disalahartikan. Literasi seringkali dianggap sinonim dengan kata pemahaman sehingga kata tersebut bisa menggantikan kata pemahaman untuk bidang apa pun. Padahal istilah literasi secara inheren melekat pada media, terutama pesan media.
Salah kaprah kedua adalah semata-mata menganggap literasi (media) sebagai pandangan kritis atas media. Bila kita melihat lebih dalam, sesungguhnya kemampuan mengenal media secara baik dan benar pun sudah termasuk literasi media. Kemampuan inilah yang dianggap kemampuan dasar dalam literasi. Sementara, pemahaman kritis dan kemampuan menggunakan informasi dari media adalah literasi tingkat menengah dan lanjut. Di atas semua itu, literasi berlokus pada individu walau pihak yang mengkampanyekan bisa dari banyak pihak.
Lokus inilah yang menjadi salah kaprah terakhir. Ada pihak yang memahami literasi media sebagai regulasi, artinya melekat pada tindakan lembaga legislatif dan eksekutif. Seperti kita ketahui bersama, literasi berada pada lokus individu yang mengakses media, bukan di “tempat” lain.
Literasi adalah sekumpulan kecakapan yang dimiliki atau ada pada seseorang. James Potter di dalam bukunya “Media Literacy” (2004) menjelaskan terdapat empat bidang kecakapan, yaitu: kognitif, emosional, estetik, dan moral. Secara lebih mendetail, keempat bidang tadi dimanifestasikan dalam tujuh kecakapan (hal. 124).
Tujuh kecakapan tersebut adalah kemampuan analisis, evaluasi, mengelompokkan, induksi, deduksi, sintesis, dan mengabstraksi.
Penjelasan atas tujuh kecakapan secara lebih mendetail adalah sebagai berikut: kecakapan analisis didefinisikan sebagai kemampuan untuk memilah pesan ke dalam elemen yang bermakna. Dalam kecakapan ini, audiens memilah pesan dan menentukan mana informasi di dalam pesan yang relevan dan mana yang tidak dengan kehidupan pribadinya. Kecakapan bermedia atau literasi media pada titik ini selalu dikaitkan dengan kepentingan individu audiens.
Kecakapan kedua, evaluasi, didefinisikan sebagai kemampuan untuk menentukan nilai dari elemen; penilaian tersebut disusun dengan membandingkan elemen ke dalam kriteria tertentu. Kriteria tertentu biasanya berkaitan dengan aspek etis dan hukum. Melalui kecakapan ini, audiens mampu memilah mana pesan yang baik dan tidak baik, boleh dan tidak boleh, untuk diakses dan disebarkan. Hal ini menjadi relevan dengan literasi media baru seperti yang sekarang ini terjadi. Sebagai pengakses kita mudah mendapatkan konten video mesum tiga selebriti, pertanyaannya, apakah kita berhak menyebarkannya? Individu yang literate pasti memahami bahwa hal tersebut tak boleh dilakukan.Walau kecakapan bermedia selalu dilekatkan pada individu audiens, lebih jauh lagi pada kemampuan ini, audiens diharapkan menyadari posisinya dalam masyarakat terutama dalam aspek menyebarkan lagi pesan media dengan menggunakan media lain, handphone atau blog misalnya.
Mengelompokkan adalah kecakapan bermedia yang ketiga. Kecakapan ini diartikan sebagai kemampuan untuk menentukan elemen mana yang mirip dan berbeda dengan persyaratan tertentu. Audiens dapat mengkategorikan hal yang mendasar dalam pesan media, misalnya memilah fakta dan opini. Bagi individu yang memiliki tingkat literasi yang tinggi, pembedaan fakta dan opini sebenarnya mudah terlihat tetapi tidak demikian halnya dengan individu yang kemampuan yang rendah. Selain itu, audiens dapat juga menentukan kategori pesan yang lebih rumit, misalnya berita politik dan berita ekonomi.
Kecakapan keempat adalah induksi. Induksi didefinisikan sebagai kemampuan menyimpulkan pola dari beberapa elemen, kemudian melakukan generalisasi pola semua elemen dalam satu rangkaian. Kemampuan mengenali elemen berita termasuk dalam spektrum kecakapan ini, yaitu mengenali who, what, why, when, where dan how pada setiap berita dalam bentuk apa pun, tertulis atau audio visual.
Deduksi sebagai kecakapan bermedia yang kelima didefinsikan sebagai kemampuan menggunakan prinsip-prinsip umum untuk menjelaskan sesuatu yang khusus. Berlawanan dengan kecakapan sebelumnya, kecakapan ini manjadikan audiens dapat menjelaskan berita politik yang berupa hardnews dan softnews yang sama-sama termasuk dalam kategori berita namun mengalami pengemasan yang berbeda.
Kecakapan keenam adalah sintesis. Kecakapan ini diartikan sebagai kemampuan menyatukan atau merangkai berbagai elemen informasi dalam pesan ke dalam sebuah struktur baru. Audiens yang menjelaskan sesuatu yang didapatkannya dari pesan media tertentu kemudian menyatukannya dalam pesan media yang lain adalah contoh dari kecakapan ini.
Kecakapan terakhir adalah mengabstraksi. Mengabstraksi didefinisikan sebagai kemampuan dalam menyusun sebuah deskripsi yang singkat, jelas dan akurat dengan menangkap esensi dari pesan dengan kata-kata yang lebih sedikit dibandingkan dengan pesan media itu sendiri.
Sepintas kecakapan ini sama dengan kecakapan keenam. Sebenarnya keduanya berbeda. Bila pada kecakapan keenam audiens diharapkan menciptakan pesan lain dengan menggunakan elemen pesan yang sama, kemampuan mengabstraksi adalah kemampuan mengutarakan kembali pesan media yang dilihat atau diakses sebelumnya secara singkat, kemungkinan jauh lebih singkat daripada pesan aslinya.
Begitulah kira-kira sedikit sumbangan atas diskusi topik literasi media. Bidang literasi media sudah berkembang dan semakin intensif dibicarakan dalam berbagai forum. Di Yogyakarta sendiri, berbagai elemen masyarakat sipil mulai melakukan di berbagai bidang, antara lain pendidikan dan produksi media. Permasalahannya hanya satu namun sangat penting, yaitu literasi media secara ontologis: apa itu literasi media? Mari kita berdiskusi dengan mendalam dan santai.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Menulis Lagi, Berjuang Lagi
Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...
-
Baru-baru ini kita dikejutkan kembali oleh peristiwa penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW. Set e lah penyebaran film Fitna tahun lalu, kal...
-
Untuk seorang sahabat lama di hati dan bukan dalam kehidupan nyata.... Entah mengapa aku sangat merindukanmu sekarang. "Urgency of now...
-
Membicarakan “nyala api”, entah mengapa saya jadi ingat dengan lagu the Doors, “Light My Fire”. Mungkin makna lagu ini tidak ada hubungan la...
tahapan dalam membangun budaya literasi itu seperti apa sih, apa ada cara2 atau bagaimana ? terimakasih
BalasHapusWah, bisa panjang penjelasannya. Hal yg pasti, literasi media mesti diawali dari konten baru kemudian konteksnya
HapusKa mau tanya dong contohnya induksi itu sepertibapa ya? Misalnya kaya membedakan presenter talkshow dan berita?
BalasHapus