Minggu, 29 Agustus 2010

Bisnis di Internet: Kesempatan atau Jebakan?

Belakangan ini bisnis melalui internet marak sekali. Mulai dari pebisnis pemula yang langsung menyasar media baru ini sebagai elemen utama komponen pemasaran bisnisnya, sampai dengan pebisnis lama yang berusaha mengembangkan bisnisnya dengan menggunakan internet. Bisnis di internet juga mendapatkan momentum karena pengakses internet di Indonesia termasuk tertinggi pertumbuhannya untuk Asia.

Seperti halnya trend yang lain, bisnis di internet pun bisa kita amati dari dua sudut pandang. Kita memang mesti optimis memandang bisnis di internet ini. Kita bisa menyebutnya sebagai sebuah kesempatan. Di sisi yang lain, kita juga bisa menganggap bisnis di internet sebagai jebakan. Hal yang terakhir ini juga mesti kita pertimbangkan agar kita tidak terlena dengan trend yang sepintas bagus walau kenyataannya tidak sebagus yang terlihat.

Seperti telah diulas oleh Telisik yang sore ini kita perbincangkan sambil menunggu berbuka puasa, kesempatan yang diberikan oleh internet bagi dunia bisnis cukup banyak. Internet membuat proses distribusi informasi bisnis yang awalnya bergerak "lamban" dan cenderung mahal, menjadi lebih cepat, personal, dan relatif murah.

Melalui Facebook misalnya, sebuah entitas bisnis bisa mendistribusikan tentang produk atau jasa yang ditawarkan kepada calon konsumen atau masyarakat luas. Produk dipotret kemudian disebarkan pada kontak di akun Facebook yang dibuat khusus untuk usaha. Dalam sekejap maksimal 5000 pengguna FB yang menjadi kontak kita dapat memperoleh informasi tersebut. Bayangkan bila kita menggunakan media cetak untuk menyebarkan informasi tentang produk dan jasa yang mesti menunggu lebih lama, dengan biaya yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan menggunakan internet.

Ilustrasi di atas baru menelisik satu jenis bisnis, yaitu bisnis yang merujuk pada "atom", seperti yang pernah didiskusikan dengan sangat bagus oleh Daniel Negroponte di dalam bukunya Being Digital. Negroponte membedakan atom dan byte untuk menunjukkan bahwa bisnis dunia mengarah pada bisnis byte, yang menjadi dasar bagi konsepsi industri kratif yang kita kenal sekarang.

Bisnis produk (atom) dengan menggunakan internet berbeda dengan bisnis ide dan kreasi (byte) yang ada di dalam internet. Keduanya berkembang pesat, tinggal bisnis jenis apa yang kita tuju. Bisnis produk tetap harus berbasis pada produk, informasi mengenai produk tersebut memang bisa dikirimkan atau disebarkan melalui internet tetapi produk nyata tetap menjadi rujukan.

Tidak ada gunanya pebisnis produk yang memiliki situs penjualan online dengan foto-foto yang bagus tetapi produknya sendiri jelek. Kepercayan konsumen akan turun bila ternyata produk sebenarnya tidak "seindah" gambar atau foto yang digunakan sebagai rujukan. Begitu pula sebaliknya, tidak ada gunanya bila produk senyatanya bagus tetapi si pebisnis tidak bisa menawarkannya melalui internet.

Sementara bisnis yang berbasis pada ide dan kreasi berkembang sedikit berbeda dengan bisnis produk. Sejak awal bisnis ide dan kreasi ini sudah menggunakan internet yang kini kita kenal sebagai industri kreatif. Musik, gambar, foto, film, game, adalah bisnis jenis ini. "Produknya" yang berbasis byte memang dipertukarkan dan didistribusikan melalui komputer atau jaringan komputer raksasan seperti internet.

Nah, jenis yang kedua ini yang sepertinya belum dibahas di dalam Telisik kali ini. Kenyataannya, bisnis kreatif inilah yang juga marak sekarang ini, selain bisnis produk riil di internet. Industri kreatif di Indonesia mulai mendapatkan porsi yang lebih besar dalam perekonomian makro. Selain itu, pebisnis kreatif Indonesia juga dikenal luas di tingkat internasional.

Lalu apa jebakannya? seperti halnya yang telah muncul di dalam Telisik, permasalahan utama adalah tidak adanya jaminan keamanan dalam berbisnis melalui internet di Indonesia. Masih banyak kejadian di mana produsen ataupun konsumen dirugikan dalam bisnis via internet atau online secara umum. Walau begitu, sudah muncul pula komunitas bisnis online yang terpercaya, misalnya kaskus dan bhinneka.

Jebakan yang lain adalah belum munculnya pemahaman atas internet di masyarakat, terutama yang berkaitan dengan konten. Karya orang lain masih digunakan untuk berbagai kepentingan ekonomi sehingga merugikan penciptanya. Di Indonesia event yang digagas oleh pemerintah masih memberikan tempat bagi penjualan karya bajakan. Kenyataan ini ironis bila kita mengamati bahwa pemerintah sendiri melalui departemen perindustrian dan perdagangan sedang menggalakkan industri kreatif.

Walau begitu, jangan sampai "jebakan" tersebut menurunkan niat bagi siapa pun yang ingin berbisnis melalui internet, baik bisnis produk riil maupun bisnis ide dan kreasi. Kesempatan yang ada masih lebih besar dari jebakannya. Salah satu kesempatan yang paling besar adalah melalui "jaringan komunikasi" yang dibentuk melalui internet. Jaringan adalah kata kunci bagi bisnis yang bagus. Bisnis apa pun yang bagus pada dasarnya membangun jaringan, baik nyata maupun virtual.
(tulisan ini adalah tulisan pembuka untuk launching Telisik)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...