Jumat, 06 Agustus 2010

Seperti Ketika Mengakses Pesan tentang Sepakbola


Gaung Piala Dunia 2010 masih terasa. Hal ini antara lain bisa kita lihat dari pemberitaan mengenai denda yang diberikan FIFA kepada kontestan partai final, Spanyol dan Belanda, karena bermain kasar. FIFA sebagai otoritas sepakbola tertinggi dan penyelenggara World Cup benar-benar menjalankan tugasnya dengan baik Demikian juga negara-negara di bawah naungannnya. Sejauh ini saya belum mendengar ada protes, apalagi protes berlebihan, dari Belanda dan Spanyol, atas denda tersebut.

Sepakbola di negara lain, terutama negara-negara yang tergabung dalam UEFA juga, juga dikelola dengan sangat baik. Belum pudar kepuasan kita menonton Piala Dunia 2010, liga-liga Eropa siap diselenggarakan kembali tahun ini. Dua liga pertama yang diselenggakan adalah Liga Perancis dan Liga Belanda. Liga Inggris, sebagai liga yang dianggap terbesar lima tahun terakhir ini, akan dimulai minggu berikutnya. Tidak hanya itu, kesesuaian dengan liga Eropa antar negara juga patut diacungi jempol. Sekarang ini babak kualifikasi Piala Champions dan Piala Eropa, sedang berjalan. Walau sempat diprotes oleh beberapa klub karena jadwal yang sangat padat, secara umum roda kompetisi intra dan antar negara di Eropa berjalan dengan sangat bagus, juga keseuaian dengan jadwal pertandingan internasional untuk negara, tidak hanya untuk klub.

Lalu bagaimana dengan fenomena pengelolaan sepakbola di negara kita? sebenarnya sedih juga membicarakannya karena bila kita berbicara tentang sepakbola nasional, yang ada adalah kisah-kisah yang menyedihkan dan kurang bagus. PSSI sebagai otoritas tertinggi sepakbola di Indonesia tidak berfungsi dengan baik. Mulai dari penjadwalan yang amburadul sampai dengan profesionalisme pengurusnya terus dipertanyakan. Contoh paling dekat adalah jadwal tanding ulang antara Persik dan Persebaya yang terus saja tertunda. Masak liga telah selesai tetapi pertandingan tunda masih ada juga?

Atau contoh yang lebih memalukan adalah intervensi polisi dalam final Piala Indonesia dua hari yang lalu. Bisa kita saksikan dari tayangan langsung di sebuah stasiun televisi betapa Kapolda Jawa Tengah, Alex Bambang Riatmodjo, tidak memahami aturan permainan di dalam sepakbola bahwa tidak ada yang bisa mengganti wasit di dalam sebuah pertandingan sekalipun yang meminta adalah presiden. Terlepas ada pro kontra keputusan wasit Jimmy Napitupulu mengkartu merah pemain Arema Noh Alam Shah, yang begitu "tegang", permainan adalah permainan. Pertunjukan harus terus berjalan.

Kasus ini unik karena ternyata orang selevel Kapolda dan kemungkinan besar memahami peraturan dan informasi yang baik tentang sepakbola saja tidak tahu (atau tidak ingin tahu?), apalagi anggota masyarakat kebanyakan di Indonesia. Itulah sebabnya penonton sepakbola Indonesia lebih mengutaman kecintaan membabi-buta dalam menonton tim kesayangannya tanpa mengetahui dan memahami keindahan dan keutuhan permainan sepakbola. Tindakan pak polisi itu juga cermin bagi kita, masyarakat Indonesia, yang mengakses pesan tentang sepakbola.

Kita maklum sekali betapa masyarakat kita sangat menyukai sepakbola. Lihat saja ketika Piala Dunia kemarin dihelat. Tempat-tempat menonton bersama, "nobar" (nonton barenga) selalu penuh, mulai dari yang untuk kelas bawah, angkringan dan warung mie, sampai yang untuk kelas atas, kafe dan klub ekslusif. Penonton sepakbola rela mengeluarkan dana dan waktu untuk menonton sepakbola. Belum lagi "kerelaan" untuk mengisi bit di otak dan ruang di hati untuk sepakbola. Hal ini terlihat dalam pembicaraan sewaktu Piala Dunia dihelat. Di hampir semua tempat dan waktu, orang membicarakan sepakbola.

Saat ini pun demikian pula. Para penggemar sepakbola sudah mulai membicarakan persiapan liga-liga negara Eropa. Transfer pemain dan kemungkinan taktik pelatih baru adalah dua isu yang menarik untuk dibicarakan. Media jelas mengakomodirnya. Entah mulai kapan, persiapan sebuah klub menjadi topik yang ramai dibicarakan. Saya tidak tahu pasti. Hal yang jelas bagi saya adalah sekitar lima tahun yang lalu, persiapan sebuah klub bukanlah informasi yang diburu oleh penggila sepakbola.

Kini informasi tersebut tidak hanya diburu, pertandingan-pertandingan persahabat dan pemanasan pun mendapatkan perhatian luas dari masyarakat pentonton kita. Lihatlah Emirates Cup kemarin yang disiarkan oleh sebuah stasiun televisi swasta yang animo penontonnya cukup tinggi. Ini adalah fenomena yang sangat menguntungkan bagi media. Media juga semakin baik menginformasikan tentang sepakbola. Informasi tersebut tidak hanya informasi yang umum semisal skor pertandingan tetapi juga proses pertandingan dan "pergerakan" pemain selama pertandingan. Informasi semisal assist, clean sheet, dan tembakan ke gawang adalah informasi "baru" yang sudah mulai dicari oleh pengakses.

Andai saja antusiasme untuk mengelola sepakbola secara riil seperti antusiasme kita ketika mengakses pesan media tentang sepakbola, mungkin sepakbola kita akan lebih baik, tetapi tentu saja bila infrastruktur dan berbagai macam kepentingan di luar sepakbola tidak lagi meraja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...