Kau tahu cintaku padamu dikerangkai oleh cintaku pada hidup? Mencintai dirimu, itu berarti aku mencintai kehidupan. Begitu pula sebaliknya. Hidupku yang biasa ini menjadi lebih indah dengan mencintaimu walau mungkin kau tak mengenalku. Hidupku yang tidak luar biasa dan “dua warna” dalam kesehariannya sedikit ditambahi noktah warna bila hanya melihatmu.
Kau tahu ketika aku membayangkan dirimu berarti hal-hal kecil di sekitar hidupku menjadi bermakna? Aku tidak hanya memperhatikan matahari dan rembulan, tetapi bunga dan kupu-kupu, juga semut kecil yang berjalan di depanku. Sinar matahari tidak terlalu menyilaukan dan panas, hanya terang yang indah kurasa. Semua makhluk hidup indah pada tiap teksturnya dan sepanjang hidup indah pada setiap fragmennya.
Kau tahu, dengan mencintaimu aku jadi sangat mudah mengekspresikan diri dengan beragam cara; menggambar, juga menulis puisi dan cerpen? Semuanya jadi mudah kuwujudkan. Ini hal yang sangat aneh. Beberapa tahun aku tidak menggambar atau menulis apa pun. Namun beberapa hari ini semua bisa kuhasilkan dengan cepat. Begitu besar kekuatan cinta baru aku sadari saat ini. Cinta menjadikan hal-hal tak mungkin menjadi mungkin.
Dengan demikian, orang yang sedang mencintai tidak mungkin akan bunuh diri karena orang yang sedang kasmaran pasti sangat mencintai hidup dalam semua detailnya. Sebentuk cinta jenis ini bukanlah cinta yang berlebih atau benci. Keduanya adalah elemen dasar untuk melakukan bunuh diri. Aku pun tidak akan melakukannya sekalipun kau tidak mencintaiku atau bahkan mengenal namaku.
Itulah sebabnya, film Elizabethtown dan novel Veronica Memutuskan Mati karya Paulo Cuelho memasukkan tokoh lain yang dicintai oleh tokoh utamanya yang ingin bunuh diri. Persoalan eksistensialis seperti bunuh diri mesti diselesaikan dengan eksistensialis juga, mencintai orang lain sampai mati. Cinta yang baik pasti akan menuntun kecintaan pada hidup. Cinta yang pas mestinya akan membawa pada kecintaan pada diri yang tak berlebihan.
Kau pasti menduga aku akan bunuh diri karena tidak mendapatkan cintamu....
Tidak, bunuh diri dan mencintai itu hal yang berbeda. Hal yang bertentangan. Aku tidak akan melakukan bunuh diri apa pun alasannya. Walau kata salah seorang penggagas eksistensialisme, pada saat bunuh diri itulah seseorang berpikir paling rasional atas hidup. Bagaimana tidak rasional, ‘kan seseorang akan meninggalkan hidup selamanya dengan informasi nol untuk kembali lagi pada hidup.
Tidak, aku mungkin bukan orang yang hebat. Aku tahu itu karena kau tidak memilihku untuk kau cintai, tetapi aku tidak akan bunuh diri. Aku tidak sepengecut itu, versi orang yang belajar agama, untuk takut menghadapi hidup. Aku tidak seberani itu, versi orang yang belajar eksistensialisme, pikiranku tidak sangat rasional sehingga aku bisa merasionalkan mati.
Tidak, aku tidak seberani itu mendekatimu. Aku hanya berani menatapmu dari kejauhan di kelas, di kantin, di tempat parkir. Berpandangan mata denganmu pun aku tak sanggup karena apalah artinya aku ini di matamu. Aku tidak sepintar beberapa teman yang berpendapat dengan bernas dan menulis opini di media. Aku tidak mengendarai jazz putih ke kampus. Aku pun hanya di kosan bila tidak ada kuliah, tidak berpolitik dan juga tidak punya komunitas kritis. Dengan kualitasku yang hanya segitu, aku tidak berani bertatapan denganmu, apalagi bila berbincang dan bercanda lewat kata-kata denganmu. Aku hanya orang yang hanya bisa menulis dan mengalami kemarau kata bila berbincang denganmu.
Seperti yang kunarasikan di awal, aku mencintai dirimu. Cinta padamu itu mengkerangkai cinta pada kehidupan. Cinta pada hidup berarti aku akan sangat bahagia melihatmu bahagia tanpa aku harus bersamamu. Aku hanyalah aku yang hanya bisa menggambar dan menulis puisi dan cerpen tentangmu. Sayang, ekspresi cinta itu masih tentangmu, belum untukmu, yang berani kesampaikan padamu.
Seperti kataku tadi, aku mencintaimu tetapi aku lebih mencintai kehidupan.
Kau telah bersamanya. Aku tetap sendirian dan berusaha mencintai kehidupan dengan lebih mendalam lagi. Kesendirian ini membuatku bahagia dan kebahagiaan ini membuatku menangis.
-- surat seorang pencinta yang tak tersampaikan --
Fiksi di atas terinspirasi oleh lagu ini:
"Do You Realize" oleh the Flaming Lips
Do You Realize - that you have the most beautiful face
Do You Realize - we're floating in space -
Do You Realize - that happiness makes you cry
Do You Realize - that everyone you know someday will die
And instead of saying all of your goodbyes - let them know
You realize that life goes fastIt's hard to make the good things last
You realize the sun doesn't go down
It's just an illusion caused by the world spinning round
Do You Realize - Oh - Oh - Oh
Do You Realize - that everyone you know
Someday will die -
And instead of saying all of your goodbyes - let them know
You realize that life goes fast
It's hard to make the good things last
You realize the sun doesn't go down
It's just an illusion caused by the world spinning round
Do You Realize - that you have the most beautiful face
Do You Realize
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Menulis Lagi, Berjuang Lagi
Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...
-
Baru-baru ini kita dikejutkan kembali oleh peristiwa penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW. Set e lah penyebaran film Fitna tahun lalu, kal...
-
Untuk seorang sahabat lama di hati dan bukan dalam kehidupan nyata.... Entah mengapa aku sangat merindukanmu sekarang. "Urgency of now...
-
Membicarakan “nyala api”, entah mengapa saya jadi ingat dengan lagu the Doors, “Light My Fire”. Mungkin makna lagu ini tidak ada hubungan la...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar