Selasa, 28 September 2010
Ketika Sebuah Informasi Kontroversial
Kita tahu bahwa banyak kesempatan yang diberikan oleh internet. Ragam kesempatan yang mungkin tidak terbayangkan sebelumnya walau kini kita menganggapnya sebagai hal yang biasa. Siapa yang bisa memperkirakan peran blog yang besar untuk berbagi informasi dan pada akhirnya mengaktifkan pelakunya secara sosial. Bila pada awalnya blog lebih berfungsi sebagai salah satu saluran untuk berbagi informasi, kini blog berfungsi lebih jauh lagi; membuat para aktivisnya dekat secara personal sekaligus membangkitkan keinginan untuk bertindak secara sosial.
Blog adalah salah satu sarana untuk berbagi informasi pada awalnya. Informasi yang dibagi di sini bisa apa pun, mulai dari informasi yang sifatnya biasa. Artinya informasi tersebut adalah informasi yang bisa dan boleh didapatkan di mana pun sampai informasi yang cenderung kontroversial, bahkan ilegal. Walau begitu, sejak UU Informasi dan Transaksi Elektronik dan UU Pornografi diterapkan, para narablog atau pengguna internet lainnya mesti lebih berhati-hati dan mempertimbangkan aktivitasnya di dunia maya agar tidak dianggap dan terjerumus melanggar hukum.
Informasi yang berkaitan dengan pelanggaran hukum jelas dilarang. Lalu bagaimana dengan informasi yang kontroversial? misalnya informasi tentang aborsi. Tindakan aborsi adalah ilegal, namun pengetahuan dan pemahaman akan aborsi yang benar tetaplah diperlukan. Bukan hanya informasi tentang aborsi tetapi juga informasi mengenai reproduksi dan seksualitas perempuan yang benar sangatlah diperlukan, bukan hanya bagi kaum hawa tetapi juga bagi semua warga masyarakat. Sayangnya, informasi yang benar tidak tersedia dengan baik, bahkan media massa cenderung memberitakannya dengan salah.
Topik inilah yang kami diskusikan di acara "Angkringan Gayam" minggu kemarin, 20 September 2010. Saya sebagai co-host dan host acara, Sondy Garcia, berbincang ringan dengan sebuah komunitas bernama Samsara. Komunitas yang peduli dengan seksualitas dan kesehatan reproduksi perempuan. Komunitas ini kemudian membentuk SSKR (Sekolah Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi), tempat untuk berbagi informasi dan konseling mengenai permasalahan tersebut. Aktivis komunitas ini, Inna Schakty, berkisah bahwa anggota komunitas mereka sudah tersebar di seluruh Indonesia dan membantu kaum perempuan berdiskusi mengenai permasalahan reproduksi mereka.
Informasi mengenai aborsi sebenarnya tidaklah ilegal, namun karena tindakannya ilegal, informasi mengenai aborsi yang benar tersedia sedikit sekali. Pemerintah tidak menyediakannya dengan baik. Media massa seringkali memberitakannya dengan salah dan cenderung menstigma. Berita tentang aborsi biasanya dikaitkan dengan tindakan kriminal dan tidak mengelaborasi duduk masalahnya dengan tepat dan holistik. Di sisi lain, kenyataan menunjukkan bahwa aborsi dan kesehatan reproduksi perempuan adalah permasalahan kaum wanita kita terutama kaum mudanya.
Inilah yang disadari oleh Inna dan rekan-rekannya. Sebagai awal agar informasi yang benar mengenai aborsi tersedia dengan baik, mereka me-link berbagai laman web mengenai aborsi dan bila mungkin mereka menerjemahkannya. Pada tahap selanjutnya, mereka membuat blog yang bernama samsara (http://abortus.blogspot.com/). Mengapa samsara? padahal samsara itu identik dengan penderitaan. Dalam obrolan Inna menjelaskan bahwa nama samsara dimaksudkan bukan sebagai penderitaan semata, melainkan penderitaan yang mesti dilewati dan memetamorfosis seseorang menjadi manusia baru.
Di SSKR tersebut, selain berbagi informasi dan konseling, mereka menyelenggarakan berbagai workshop. Untuk konseling tentu saja dilengkapi dengan saluran informasi yang lain, semisal email, chat, dan melalui handphone. Sementara melalui workshop, mereka saling membagi informasi yang mendetail juga implementasinya. Menurut saya, salah satu topik yang menarik dari workshop adalah seksualitas dan media, karena salah satu pembentuk makna terbesar dari seksualitas adalah media. Melalui berbagai aktivitas tersebut dapat diamati betapa pentingnya peran media baru dalam aktivitas mereka. Media baru berperan tidak hanya sebagai tempat berbagi informasi, melainkan juga berbagi "emosi".
Walau begitu, penggunaan media baru saja tidak cukup. Inna dan kawan-kawan juga mengombinasikan kegiatan bermedia dengan tindakan sosial. Caranya beragam, antara lain dengan "berkelana" ke berbagai pelosok Indonesia sambil memberikan informasi yang memadai tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi di tempat-tempat yang minim informasi tentang kesehatan reproduksi. Cara lain adalah dengan "manyandera" teman yang datang ke SSKR untuk memberikan informasi tentang kesehatan secara umum. Pernah ada rekan dari luar negeri yang berpendidikan tinggi di bidang kesehatan publik yang kebetulan berkunjung dan kemudian memberikan informasi kepada komunitas samsara.
Kegiatan rekan-rekan di SSKR adalah salah satu contoh lagi bagaimana ragam gerakan masyarakat yang positif bisa dimunculkan dan dikembangkan melalui media baru. Media baru memang adalah media "terbuka". Terbuka untuk mendiskusikan sesuatu yang tidak terbuka di tempat lain. Terbuka untuk diambil manfaatnya oleh para pesertanya. Terbuka pada kesempatan-kesempatan baru. Dan yang terpenting, terbuka untuk memperbaiki kualitas hidup personal kita dan kehidupan bersama.
(gambar dipinjam dari istockphoto.com)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Menulis Lagi, Berjuang Lagi
Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...
-
Baru-baru ini kita dikejutkan kembali oleh peristiwa penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW. Set e lah penyebaran film Fitna tahun lalu, kal...
-
Untuk seorang sahabat lama di hati dan bukan dalam kehidupan nyata.... Entah mengapa aku sangat merindukanmu sekarang. "Urgency of now...
-
Membicarakan “nyala api”, entah mengapa saya jadi ingat dengan lagu the Doors, “Light My Fire”. Mungkin makna lagu ini tidak ada hubungan la...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar