Sabtu, 18 September 2010
"Orde Baru", Tanpa Sesal
Kau tahu, kau itu hampir seperti rejim Orde Baru. Kau berusaha menguasai segalanya, secara langsung (dominasi) dan juga stigma, citra, pikiran (hegemoni). Dominasi dan hegemoni itulah kejahatan terbesar Orde Baru. Dahulu itu setiap orang diharuskan bertindak sama, "berseragam", dan menurut pada pemilik otoritas. Laku fisik saat itu juga sangat dipentingkan. Dengan demikian, orang lebih dinilai tinggi bila banyak "bekerja" dan sedikit bicara. Orang dinilai lebih tinggi bila memiliki kemampuan fisikal, itulah sebabnya mengapa "tukang" insinyur, seperti kata karakter fiksi si Doel Anak Betawi, lebih penting di masa lalu (dan juga masa sekarang?) dibandingkan dengan ahli diplomasi dan berbicara di depan publik. NATO,Not Action Talk Only , kata mereka, walau ternyata banyak informasi, opini, dan pengetahuian mesti dibicarakan, didiskusikan, dan "dibenturkkan" sebelum mencapai kebenaran. Bertindak dan berbicara itu juga sama pentingnya. Keduanya adalah dualitas yang saling melengkapi dan menguatkan.
Kau tahu, caramu menghegemoni itu mirip dengan organ-organ Orde Baru yang selalu berpikir "opisisi biner" dalam bentuknya yang paling purba. Kau menganggap dirimu dan semua karakter yang melekat padamu adalah yang terbaik, sementara orang lain dan susunan karakternya, yang berbeda denganmu, kau bilang dan dengung-dengungkan selalu buruk. Kau melabeli semuanya dengan kata non. Ingatkah bila kau belajar eksakta, sementara aku belajar non-eksakta? mengapa tidak dibalik aku belajar ilmu sosial, dan kau belajar ilmu non-sosial? kau tahu 'kan? karena cara berpikir seperti itu, sejak beberapa tahun lalu aku tak pernah menyerahkan secuil pun hatiku lagi untukmu walau kita seringkali masih bertemu secara fisikal bukan hanya maya.
Kau yang banyak membaca namun tak pernah menulis juga paham, betapa penyeragaman cara berpikir dan bertindak dahulu itu oleh Orde Baru membuat kita melupakan cara berkonflik dengan penuh respek dan elegan, juga cara berdiskusi yang santun dan berkompromi. Kita lupa karena selama tiga dekade kita diharuskan terpaksa menerima konsensus dan bila tak mau, kau akan distigma, bahkan akan dihilangkan dari hidup ketika berbeda. Kau yang seumurku sungguh aneh bila lupa dengan semua keburukan Orde Baru tersebut. Bukankah kau yang dipukuli tentara di jalan itu dan matamu berair berhari-hari karena gas air mata? Kini kau berubah menyerap karakter "kejam" mereka untuk mendominasi dan menghegemoni orang lain.
Kau pastinya sudah mengerti, aku sudah lebih bahagia kini. Kau pun juga begitu, sudah lebih bahagia aku kira. Tak ada rasa sesal yang total. Mungkin ada sesal itu, namun sedikit saja. Bila dahulu aku bisa memilih waktu yang mesti dijalani, seperti halnya memilih tempat, aku tak akan memilih waktu yang ada dirimu. Berjauhan mungkin lebih baik bagiku dan dirimu. Jarak yang kosong itu lebih berguna dan bermakna digunakan untuk hal-hal lain, perdamaian dunia misalnya. Namun, aku pun bersyukur juga karena dengan tidak berkaitan denganmu aku bisa belajar banyak hal dan berbahagia tidak didominasi olehmu. Kini kita lihat siapa yang pecundang dan siapa yang jadi pemenang.
Ah, entahlah, mungkin kau tak pernah mendengar, mungkin kau mendengar karena kau terlalu dekat. Kau mungkin orang lain, kau mungkin diriku sendiri. Diriku yang berniat mengatur, menguasai orang lain dan kemudian menstigmanya bila tak masuk dalam klik-ku. Berinteraksi dengan manusia lain itu seperti membangun republik, bukan kerajaan, di mana setiap orang memiliki kewajiban dan kewajiban (bukan hak dan kewajiban) yang sama pada pihak lain. Di dalam republik, tiap orang atau tiap kelompok tidak boleh mendominasi dan menghegemoni pihak lain tanpa aturan dan membabi-buta. Setiap keputusan bersama mesti dibicarakan walau mungkin menjadi lebih lama dan melelahkan.
Kau mungkin menganggap aku hanya meracau. Mungkin iya, mungkin tidak. Tetapi yang jelas, aku terinspirasi oleh sebuah lagu yang mungkin paling terkenal dari band yang bernama "Orde Baru". Band ini bukan band techno pertama yang kusukai. Band dalam jenisnya yang pertama kusukai adalah Pet Shop Boys. Pada akhirnya aku tahu, bahwa New Order lebih "tua" dari Pet Shop Boys, juga menginspirasi Depeche Mode, Erasure, dan Monaco. Semua band itu aku suka. Bahkan band "the Killer" terinspirasi tidak hanya musik melainkan juga nama band mereka berasal dari tulisan di drum dalam videoklip milik New Order yang semuanya diperankan model. Ketidakinginan personel New Order memajang wajah di manapun di karya mereka, adalah ide yang paling aku suka. Mereka menghasilkan karya bagus dan tidak memajang wajah mereka. Tidak seperti dirimu, tanpa karya dan ingin wajah terpajang di mana-mana.
Lagu "Regret" yang menginspirasi ini menunjukkan hal yang sebaliknya, aku tidak pernah menyesal pernah kenal dekat denganmu di hati, raga, dan jiwa. Tiada sesal. Okelah bila kau memaksa, kalau pun sesal itu ada, namun ada sedikit saja. Tiada sesal untuk hal-hal besar dan kecill yang pernah kita jalani bersama. Kalau pun ada sesal yang besar, itu hanyalah sesal karena tidak mendapat inspirasi dari lagu ini yang seperti sekarang sejak dahulu. "Orde Baru" yang satu ini memang tak pernah membuatku menyesal mendengarkan lagu-lagunya berjuta kali, terutama lagu di bawah ini, yang diputar berapa kali pun tetaplah enak untuk didengarkan.
Kau pun pastinya suka dengan lagu ini:
"Regret" by New Order (dari album "Republic", 1993)
Maybe I've forgotten the name and the address
Of everyone I've ever known
It's nothing I regretSave it for another day
It's the school exam and the kids have run away
I would like a place I could call my own
Have a conversation on the telephone
Wake up every day that would be a start
I would not complain of my wounded heart
I was upset you see Almost all the time
You used to be a stranger
Now you are mine
I wouldn't even trust you
I've not got much to give
We're dealing in the limits
And we don't know who with
You may think that I'm out of hand
That I'm naive, I'll understand
On this occasion, it's not true
Look at me, I'm not you
I would like a place I could call my own
Have a conversation on the telephone
Wake up every day that would be a start
I would not complain of my wounded heart
I was a short fuse Burning all the time
You were a complete stranger
Now you are mine
I would like a place I could call my own
Have a conversation on the telephone
Wake up every day that would be a start
I would not complain about my wounded heart
Just wait till tomorrow
I guess that's what they all say
Just before they fall apart
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Menulis Lagi, Berjuang Lagi
Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...
-
Baru-baru ini kita dikejutkan kembali oleh peristiwa penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW. Set e lah penyebaran film Fitna tahun lalu, kal...
-
Untuk seorang sahabat lama di hati dan bukan dalam kehidupan nyata.... Entah mengapa aku sangat merindukanmu sekarang. "Urgency of now...
-
Membicarakan “nyala api”, entah mengapa saya jadi ingat dengan lagu the Doors, “Light My Fire”. Mungkin makna lagu ini tidak ada hubungan la...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar