Selasa, 19 Oktober 2010

Koin untuk Sebuah Kesempatan


Menyimak perkembangan media baru, terutama internet, di Indonesia belakangan ini, kita patut tersenyum dan optimis atas peran media baru tersebut bagi kepentingan publik. Bisa saja kita memandang pesimis atau tidak konstruktif pada peran media baru bagi visi kepublikan. Namun ini masalah pilihan. Saya pribadi cenderung optimis melihat peran media baru bagi kehidupan masyarakat yang lebih baik. Banyak bukti yang menunjukkan bagaimana internet berperan penting bagi berbagai gerakan masyarakat, terutama di kota Yogyakarta.

Peran media baru tersebut cukup beragam, mulai dari sekadar memberikan dan berbagi informasi di antara anggota komunitasnya, sampai dengan menjadi wahana untuk melakukan berbagai tindakan sosial. Sifat gerakan masyarakat tersebut juga beragam motifnya, ada yang cenderung politis dengan mengutamakan opini publik, semisal satu juta Facebookers untu Bibit- Chandra tahun lalu, ada yang bermotif cenderung ekonomi dengan dikerangkai untuk kepentingan bersama. Kelompok ini menjual sesuatu dengan keuntungan yang tipis namun berkualitas baik. Gerakan ini bertujuan agar masyarakat mendapatkan allternatif lebih banyak dibandingkan yang selama ini tersedia. Ada juga gerakan melalui media baru yang bersifat kultural, yaitu mengenalkan atau memberikan pemahaman lebih baik atas kelompok-kelompok yang di dalam kehidupan sosial yang nyata cenderung terpinggirkan. Terakhir, gerakan masyarakat yang bermotif sosial, yang kini marak dan ini adalah gerakan bermotif terpenting. Gerakan masyarakat semacam ini secara umum bertujuan agar relasi antar manusia lebih bagus dan "menular" dalam kehidupan nyata. Gerakan semacam ini disadari atau pun tidak, bertujuan menciptakan kehidupan bersama yang lebih baik secara kolaboratif.

Salam satu komunitas yang bertujuan sosial adalah coin a chance Yogyakarta. Saya berkesempatan berbincang dan berdiskusi dengan komunitas yang digagas dan dijalankan oleh kaum muda ini seminggu yang lalu, tepatnya pada tanggal 11 Oktober 2010 di acara "Angkringan Gayam" di radio Geronimo FM Yogyakarta. Program acara ini dipandu oleh penyiar Sandy Garcia pada hari Senin malam pukul 21.00 - 22.00, dan saya membantu sebagai co-host. Berbincang dengan Coin A Chance Yogyakarta, yang diwakili oleh empat orang anggotanya, sungguh mencerahkan dan kita bisa dibuat kagum dengan upaya mereka.

Pada dasarnya informasi tentang Coin A Chance Yogyakarta bisa dilihat di situs mereka (http://coinforall.com). Ini adalah contoh gerakan yang informatif dan terbuka. Kegiatan mereka disampaikan secara jelas, termasuk anak-anak yang dibantu pendidikannya. Tujuan utama Coin A Chance adalah membantu anak-anak tidak mampu agar dapat bersekolah lebih baik. Mereka mengumpulkan koin atau uang receh dari berbagai pihak dan menggunakannya bagi anak-anak yang tidak mampu. Ketika ditanya mengapa mereka melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh pemerintah lewat depdiknas? dengan rendah hati mereka menjawab bahwa mereka ingin membantu dan melengkapi apa yang telah dilakukan oleh pejabat publik yang berwenang. Memang demikianlah adanya, gerakan di masyarakat sipil janganlah dilihat sebagai "kompetitor" bagi tugas yang dilakukan oleh pemerintah karena memang misinya berbeda. Pemerintah atau pemilik kuasa politik adalah pihak "berwajib" yang menjalankan tugasnya, sementara tindakan yang dilakukan oleh masyarakat sipil sifatnya sukarela atau tidak wajib.

Animo masyarakat dengan kegiatan Coin A Chance ini juga cukup besar. Dalam waktu sekitar setahun dana yang terkumpul sudah cukup memadai untuk membantu empat belas orang anak bersekolah. Semua informasi tentang anak-anak ini bisa diakses di situs mereka. Mereka pun tidak hanya membantu dalam hal dana, namun proses pendidikannya pun terpantau karena para penggiat Coin A Chance membantu dalam hal pendampingan. Setiap anak yang mendapatkan beasiswa untuk pendidikan akan ditemani salah seorang anggota Coin A Chance.

Beberapa anggotanya mengaku bahwa mereka tergerak aktif di Coin A Chance karena mereka ingin berbuat lebih bagi sesama. Ada dua orang yang tergerak karena mereka melihat langsung kondisi anak-anak tak berpunya ketika kuliah kerja nyata (KKN). Mereka kemudian menemukan ide dari blog Coin A Change yang berbasis di Jakarta. Berbincang tentang "gerakan koin", pasti kita akan ingat dengan "Coin for Prita" yang membawa keresahan masyarakat sipil atas kuasa politik dan kuasa ekonomi yang cenderung semena-mena terhadap warga. Kita juga pasti akan teringat pada "Coin for Bilqis" yang sifatnya sosial dan bermisi sosial untuk membantu seorang bayi yang terkena atresia bilier atau memburuknya kondisi hati dan saluran empedu. Gerakan "Koin Cinta Bilqis" pada akhirnya tidak menyelamatkan jiwa Bilqis Anindya Passa yang akhirnya meninggal pada usia 18 bulan.

Walau Bilqis telah pergi, gerakan sosial ini menyadarkan kita bahwa fungsi dan kewajiban pemerintah dan negara saja tidak cukup. Di tengah negara yang cenderung abai seperti ini, gerakan sosial masyarakat yang diawali dan bergerak melalui media baru semacam ini perlu didukung dan dikembangkan. Melalui dana sekitar dua miliar yang dikumpulkan oleh gerakan "Koin Cinta Bilqis" ini, sekarang telah berdiri yayasan yang visinya membantu anak-anak seperti Bilqis, baik dalam hal bantuan dana maupun informasi yang memadai. (informasi secara bebas dikutip dari Kompas, 18 Oktober 2010, dalam feature "Solidaritas Setelah Bilqis Pergi..."

Gerakan Coin A Chance ini juga semakin mendapatkan perhatian di masyarakat. Perhatian tersebut minimal ditunjukkan dengan apresiasi atas uang koin atau receh dengan lebih baik. Berbagai kelompok masyarakat juga semakin memberikan perhatian. Kemungkinan apresiasi ini muncul semakin besar karena transparansi penggunaan dana yang diberikan oleh kelompok semacam Coin A Chance ini. Penggunaan dana tersebut, terutama dana yang masih tersedia, terlihat dengan jelas di situs mereka.

Kini Coin A Chance muncul di banyak daerah di Indonesia. Yogya adalah salah satu daerah teraktif dalam mengembangkan misinya. Visi "koin untuk kesempatan" secara efektif dikembangkan, yaitu kesempatan untuk mendapatkan pendidikan bagi anak tak berpunya. Di daerah yang lain pilihan tujuan gerakan disesuaikan dengan konteksnya, para penggiat Coin A Chance memilih bidang pendidikan karena Yogyakarta adalah kota di mana pendidikan (masih) mendapatkan perhatian lebih dari kita semua. Sementara daerah lain bisa memilih bidangnya sendiri, seperti Bali yang memilih motif yang benar-benar sosial kemasyarakatan, yaitu membantu anak-anak di panti asuhan.

Tulisan ini saya tutup dengan salam khas komunitas ini, yaitu: salam krincing! uang receh memang tidak remeh, uang receh bisa bermakna banyak dan benar-benar membantu kita dalam hidup bersama. Media baru, blog dan situs jejaring sosial, membantu visi komunitas, motif yang baik, dan anak-anak tak berpunya untuk mendapatkan pendidikan yang lebih memadai. Bukankan memang peran media adalah menularkan kebaikan dan menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi kita semua?

Sekali lagi, salam krincing!

(gambar dipinjam dari coinforall.com. Silakan berkunjung ke situs Coin A Chance Yogyakarta untuk informasi lebih banyak)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...