Sabtu, 23 Januari 2010

Karena Album Musik yang Istimewa, Kita Semakin Bahagia


Dalam beberapa hal, sebuah album dapat disamakan dengan buku. Lagu bisa disamakan dengan bab atau chapter, sementara album sendiri merupakan kumpulan lagu yang berbicara tentang suatu topik yang koheren. Lalu bagaimana kita memaknai sebuah “album tribute”?

Pemaknaan ini jadi agak sulit bila dikaitkan dengan buku. Walau demikian, ada cukup banyak buku yang saling memberikan apresiasi dan menjadi dasar penciptaan buku selanjutnya. Serial Harry Potter sulit dipisahkan dari Lord of the Rings dan Narnia Chronicles dalam hal memberikan ide cerita yang berlapis-lapis dan pemanfaatan mitologi masyarakat Barat. Dalam konteks Indonesia misalnya, tafsir dan analisis atas “Cala Ibi”baru-baru ini misalnya, menjadi contoh yang baik karena tafsir barunya memenangkan penghargaan pula, melengkapi karya yang ditafsir yang telah bagus.

Anologi album tribute jadinya memang lebih dekat dengan film. Kita bisa melihat bagaimana film “remake” sesusungguhnya menunjukkan apresiasi pencipta pesan setelahnya. Demikian juga halnya dengan album tribute. Di satu sisi, ia merupakan “perpanjangan” atau intepretasi ulang tiap lagu Dari lagu-lagu “aslinya”. Di sisi yang lain, ia merupakan jenis pesan yang baru, yang walaupun berasal dari pesan yang telah ada sebelumnya, ia merupakan hasil dari proses kreatif pula. Menjadi lagu-lagu baru dengan kualitas tersendiri.

Bicara tentang album tribute, tentu saja kita tidak bisa melupakan album tribute musik manca, “If I were Carpenters”, yang menurut saya merupakan salah satu album tribute terbaik karena lagu-lagu dari penyanyi asli tetap terasa tetapi tafsir yang baru telah hadir dengan kualitasnya sendiri yang juga bagus. Saya masih ingat bagaimana Sonic Youth mengintepretasi ulang “Superstar”-nya Carpenter. Sayangnya, saya tidak menemukan album tribute bagus di Indonesia. Album tribute to Titiek Puspa dan Naif mungkin bisa dikategorikan bagus tetapi tidak bagus sekali.

Karena itulah, setelah mendengar album ini, opini saya tersebut berubah. Album ini adalah album tribute yang bagus sekali, selain juga merupakan album mandiri yang luar biasa. Sederhana saja penyebabnya; musik bagus oleh Magenta Orchestra dibawah koordinasi Anti Rianto, vokal yang yahud di semua lagu, antara lain “pemenang” Indonesian Idol favorit saya Lucky Octavian, dan tentu saja, lagu-lagu bagus karya Erros Djarot.

Saya sangat tertarik dengan karya-karya Erros Djarot karena dua hal. Pertama, lagu-lagunya terkesan “megah”. Siapa pun penyanyi yang menyanyikannya, punya kecenderungan menghasilkan lagu bagus pula. Kedua, saya tidak bisa mendengarkan OST “Badai Pasti Berlalu”, yang menurut majalah musik Rolling Stone Indonesia merupakan album terbaik yang pernah diciptakan di Indonesia sejauh ini. Saya sudah cukup lama mencarinya, sekalipun “hanya” versi kaset, tetapi belum jua mendapatkannya.

Saya sangat puas mendengarkan album ini. Harga yang mahal, ini adalah album Indonesia termahal yang pernah saya beli, terbayar sudah dengan pengalaman musikal yang kaya dan hasrat yang semakin menguat untuk mendalami musik Indonesia sedalam-dalamnya.

Judul : Karena Cinta Kita Ada, Tribute to Erros Djarot
Penyanyi : various artist, musik oleh Magenta Orchestra
Tahun : 2009
Harga : Rp. 120.000,-

Daftar Lagu:

1. Farman Purnama – Renungan
2. Annissa – Rindu
3. Berlian Hutahuruk - Ketika Cinta Kehilangan Kata
4. Farman Purnama - Andai Bulan
5. Farman Purnama – Maafkan
6. Lucky Octavian – Bisikku
7. Farman Purnama - Bunga Sedap Malam
8. Lucky Octavian & Annissa – Melayang
9. Farman Purnama - Heningnya Malam
10. Slamet Rahadjo - Sendiri Menembus Malam
11. Lea Simanjuntak - Ketika Cinta Kehilangan Kata

2 komentar:

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...