Rabu, 27 Januari 2010

Salto


Saya tidak menemukan judul lain untuk tulisan ini. Biasanya saya menggunakan judul lain untuk menakar album tetapi kali ini judul dari album sendiri sudah cukup unik. Jadi saya gunakan saja sebagai judul takaran album ini. Salto adalah kata yang unik dan jarang digunakan, minimal dari beragam media yang saya akses belakangan ini.

Sampul albumnya jelas menggambarkan gerakan salto itu. Di sampul digambarkan seekor ulat yang bersalto. Gambar yang unik dan jujur saja, kover album inilah yang awalnya menarik minat saya untuk mendengarkan album ini. Saya jadi sangat tertarik dengan album ini ketika membaca artikel di sebuah free magazine yang berkisah tentang sampul-sampul album musik Indonesia terbaik di tahun kemarin.

Kemudian, setelah mendengarkan album ini lebih intens, tentu saja album ini lebih dari sekadar kovernya. Keempat belas lagu yang ada di album ini semuanya bagus dan menarik untuk dicerna lebih mendalam. Beragam topik diangkat, mulai dari pengalaman eksistensial sampai dengan kondisi politik internasional. Namun yang menarik adalah, semuanya dikemas dengan agak “politis”. Politik dalam pengertiannya yang paling harafiah: menyampaikan perbedaan visi dan niatan untuk berbuat sesuatu.

Pengalaman eksistensial seseorang terasa dalam lagu “Menghitung Mundur”. Kalimat hormatilah iblismu/kau lahir bersamanya/Dengar dia bicara/ saat ku hitung mundur….jelas menunjukkan bahwa manusia selalu ada dari dua sisi, baik dan buruk. Hal yang sama muncul dalam lagu “Budi si Berani Mati” yang bercerita tentang pengebom bunuh diri. Lirik ini unik karena bercerita dari sudut orang pertama. Eksistensialisme yang cukup absurd muncul dalam lagu “Alien”, alien yang memanggil mama. Tafsir yang mudah sekaligus rumit kecuali bila lirik lagu ini dimaksudkan sebagai metafor.

Topik politik internasional mungkin agak aneh menjadi suatu yang disampaikan dalam lagu. Walau aneh, ada juga topik tersebut di dalam album ini. Simak lagu “Over Konsumsi” yang bicara politik internasional untuk pemanasan global: penguasa jagalah dunia/Bumi kita, rumah kita bersama….Amerika, kurangi emisi gasmu/Jerman juga, hentikan agro-kimia/Jepang Cina, harusnya jaga Asia/Kita semua, telah over konsumsi. Hal yang sama juga teramati dalam lagu “Peace Pretenders” dan “Kill the Fireflies” (walau lebih kultural isinya, bukan politis), yang membuat saya ingin kembali belajar Pengantar Ilmu Hubungan Internasional.

Terus terang lagi, tidak banyak band aliran “keras” yang membuat saya tertarik kecuali “Sepultura” di masa lalu dan “Nine Inch Nails” di masa sedikit lalu dan masa kini, tetapi album ini bolehlah. Membuat saya ingin mendengarkannya dengan mendalam, juga untuk musik Indonesia sejenis. Saya mesti “bersalto” untuk mendengarkan banyak album musik Indonesia. Juga harus tidak berjalan atau berlari untuk memahami banyak hal karena banyaknya sesuatu itu dan mungkin saja waktu juga sudah terbatas.

Sebagai masyarakat kita juga perlu “bersalto”. Bukan hanya untuk melakukan gerakan yang luar biasa, tetapi juga untuk lebih “menyehatkan” diri. Album ini setidaknya membantu kita untuk belajar salto sedikit sedikit. Album ini bisa menjadi salah satu manual singkatnya.

Album : Salto
Penyanyi : Navicula
Tahun : 2009
Label : Zygote Records/demajors

Daftar lagu:
1. Menghitung Mundur
2. Pantai Mimpi
3. Kau Datang
4. Alien
5. Over Konsumsi
6. Evryone Goes to Heaven
7. Peace Pretenders
8. Kill the Fireflies
9. Raut Wajah Bisu
10. Budi si Berani Mati
11. Istana Waktu
12. Aware
13. Mensyukuri & Menikmati
14. Terima Kasih

2 komentar:

  1. om, mau lirik lagu yg judul raut wajah bisu carinya dimana ya?

    BalasHapus
  2. om mau liriknya raut wajah bisu nyarinya dimana ya? ada link gak?

    BalasHapus

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...