Rabu, 05 Agustus 2009

Icha Icha Paradise

Ada yang tahu Icha Icha Paradise? penggemar komik Naruto pasti tahu apa itu Icha Icha Paradise. Icha Icha Paradise adalah buku kegemaran Kakashi Hatake, guru Naruto. Judulnya lucu dan kami (aku dan istriku) jadikan kunci pembicaraan mengenai aktivitas membaca Naruto.

Seminggu ini kami tergila-gila dengan Naruto. Jilid 1-30 telah kami borong dan sedang kami baca. Istriku bilang begini: "kita beti ya yah...dalam membaca Naruto". Beti artinya beda tipis jaraknya. Dia satu jilid lebih dulu dari aku dan kami menunggu yang lain lengah untuk lebih dulu membaca komik ini, terutama kala edisi baru, baru saja dibeli.

Membicarakan isi komiknya sendiri aku simpan nanti. Hal yang menarik adalah bagaimana aku pribadi merasakan kembali "gairah" membaca seperti dulu. Sebuah perasaan berbeda dan lain dengan kegairahan membaca untuk kerjaan atau keharusan membaca untuk "pengembangan diri".

Perasaan tersebut sebenarnya "beti" dengan perasaan menunggu dan membaca Harry Potter. Perbedaannya mungkin pada kegairahan yang lebih nyata karena kali ini obyek bacaan adalah sebuah komik yang penuh aksi nyata.

Aku mencoba mengingat perasaan-perasaan dan atmosfer suasana bacaan-bacaan jaman dulu. Aku jadi ingat sewaktu SD berebutan majalah Bobo dengan adik-adikku. Waktu itu kami sampai mengundi siapa yang membaca duluan. Biasanya sih adik perempuanku yang menang karena memang sebagai anak pertama aku pengalah...hehe..

Sewaktu SD kelas 4 sampai 6 aku juga akrab dengan seri Album Cerita Ternama, Nina, Trigan, Storm, Roel Djikstra, Arad dan Maya, dan tentu saja seri detektif karangan Enid Blyton: Lima Sekawan, Pasukan Mau Tahu, Sapta Siaga...dan kesukaanku sepanjang masa karya Alfred Hitchcock: Trio Detektif.

Selain itu, tentu saja bacaan-bacaan yang Indonesia juga, mulai dari tipe "Lima Sekawan" versi Indonesia, seperti Kelompok 1+ 2, Sisi, Pulung..atau buku-buku karangan Dwiyanto Setyawan dan Bung Smas. Juga komik-komik Indonesia karangan Djair dan Ganes TH: Si Buta dari Goa Hantu, Djaka Sembung, Mandala, Gundala Putra Petir, Godam, Aquanus, Elmaut.
Di SD itu juga aku membaca buku-buku P dan K banyak sekali karena kebetulan uwak (pakde) adalah pegawai P & K. Ratusan bukunya dan ciri uniknya ada kotak kecil di cover buku yang tertulis: "Milik P&K tidak untuk diperjualbelikan". Sebelum buku-buku tersebut didistribusikan ke sekolah-sekolah biasanya aku membaca terlebih dulu.

Sewaktu SMP, buku-buku bacaanku masih mirip dengan buku bacaan sewaktu SD. Tambahannya, pada fase ini aku, seperti halnya anak-anak usia belasan jaman itu, mulai mengenal karya Enny Arrow, Freddy S., Abdulah Harahap...(orang sejaman pasti tahu dengan genre bacaan ini..hehe..). Bahan bacaan yang tidak bisa dihindari pada era 80-an tentu saja. Malah buku-buku karya Enny Arrow menjadi buruan para kolektor belakangan ini. Di Yogya beberapa tahun yang lalu muncul "Enny Arrow Fans Club".

Buku yang aku baca di SMA umumnya sama dengan bacaan remaja pada jaman itu. Tentu saja malajah HAI memberikan preferensi bacaan, misalnya: Balada si Roy karya Gola Gong dan Anak-anak Mama Alin karya Bubin Lantang. Aspek petualang dan kesepian si Roy jelas memberi daya tarik dan inspirasi pada waktu itu. Anak-anak Mama Alin jelas menarik bagi aku karena setting ceritanya terjadi di Lampung dan kebetulan salah satu kampung yang sering diangkat adalah Pasir Gintung...tempatku tinggal pada masa kecil.

Pada masa itu, karena pulang pergi ke sekolah naik bus kota dan rute pulang ke rumah melewati dua perpustakaan daerah, daerah Badran dan Malioboro, aku jadi bisa membaca buku-buku bagus, terutama perpusda yang khusus sastra dan seni di Malioboro. Kalau ke perpustakaan malioboro aku pasti membaca Horizon dan buku-buku karya Iwan Simatupang.
Begitulah cerita yang cukup panjang tentang sejarah aktivitas membaca dan bacaan-bacaanku. Kalau dipikir-pikir...Icha Icha Paradise benar juga...bacaan bisa menghipnotis dan membius...bacaan bisa menciptakan "paradise" tersendiri, beragam paradise malah...Icha Icha!!!

(dari blog saya yang lain, duniakreatif.multiply.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...