Kamis, 31 Desember 2009

Tak Bisa ke Lain Hati

Libur beberapa hari menjelang lebaran membuat saya bisa mengakses koleksi album musik saya. Salah satu band yang menarik perhatian saya saat ini adalah Kla Project. Album-album Kla Project yang memang bagus, terutama dalam liriknya, akan membuat kita tersenyum bahagia merasakan keindahan dan "kecerdasan" lirik mereka. Mendengarkan lagu-lagu Kla juga lebih mungkin dilakukan karena saya sendiri tidak memiliki bahan "cheesy" untuk ditulis (meminjam istilah dari Nadia "baik", salah satu mahasiswa saya). Tulisan yang ada kebanyakan terlalu "berat" untuk menyambut hari yang fitri (lho, apa hubungannya?...hehe...gak ada sih, saya suka aja menyebut kata fitri).

Salah satu lagu Kla yang menurut saya bagus adalah lagu yang berjudul "Tak Bisa ke Lain Hati". Lagu ini berasal dari album ketiga mereka yang berjudul "Pasir Putih" pada tahun 1992. Pada awal dekade 1990-an itu mereka masih sangat berjaya di blantika musik Indonesia. Keindahan lagu Kla, serta liriknya yang puitis menjadi kekuatan mereka. Selain karena secara umum genre musik yang dibawa oleh mereka berbeda dengan band kebanyakan pada waktu itu, bahkan mungkin sampai sekarang. Lagu-lagu mereka yang bagus juga membuat Kla tak lekang oleh waktu.

Kecuali kalimat ...Terwujud keinginan yang tak pernah terwujud..., lirik lagu ini sangatlah puitis, cerdas, sekaligus tidak cengeng. Bagian yang puitis menurut saya, sangat terasa sejak bait pertama lagu ini:
Bulan merah jambu luruh di kotamu... Kuayun sendiri langkah-langkah sepi... Menikmati angin menabuh daun-daun...Mencari gambaranmu di waktu lalu...

Hmmm, indah bukan? bulan merah jambu luruh di kotamu, sejak kapan warna merah jambu atawa merah muda atawa pink bisa menjadi bagian lirik yang keren. Biasanya warna ini identik dengan warna anak-anak perempuan kecil, seperti anak saya. Banyak tokoh cerita untuk mereka berwarna pink: strawberry shortcake, piglet, minnie mouse, aurora, dan masih banyak lagi.

Mengaitkan warna merah jambu ini dengan sebuah lagu cinta justru menjadikannya puitis. Di tangan Kla, lagu cinta Indonesia yang biasanya cengeng pada saat itu (dan saat sekarang) menjadi lagu yang tidak cengeng. Kla memang jago dalam menulis lirik. Sampai-sampai mereka menerbitkan buku kumpulan puisi yang berasal dari lagu-lagu mereka. Sayangnya, waktu itu saya belum menyukai musik Indonesia. Jadi saya tidak punya buku tersebut.

Seperti halnya kata sephia oleh Sheila on 7 yang kemudian berarti "perempuan kedua" di dalam bahasa Indonesia pergaulan, sumbangan Kla juga cukup besar. Hadirnya kata "nelangsa" dan "terpuruk" dalam bahasa percakapan kita didorong oleh Katon dkk. Seingat saya sih begitu...

Saya sendiri tidak punya pengalaman pribadi dengan lagu itu. Walau begitu, lagu "Tak Bisa ke Lain Hati" pastilah menjadi soundtrack kehidupan bagi kami, yang di awal 90-an adalah remaja menjelang dewasa. Untuk sekadar mengingatkan dan merasakan indahnya masa lalu, berikut ini lirik penuh lagu tersebut...(efek lagu akan lebih terasa bila kita mencermati lirik sembari mendengarkan lagu). Selamat bernostalgia....

Tak Bisa ke Lain Hati
Oleh: Kla Project

Bulan merah jambu luruh di kotamu
Kuayun sendiri langkah-langkah sepi
Menikmati angin menabuh daun-daun
Mencari gambaranmu di waktu lalu

Sisi ruang batinku hampa rindukan pagi
Tercipta nelangsa merenggut sukma
Terwujud keinginan yang tak pernah terwujud
Aku tak bisa ke lain hati
Pindah ke lain hati

Begitu lelah sudah kuharus menepi
Biduk t’lah ditambatkan
Berlabuh di pantaimu
Sungguh ku akui
Tak bisa ke lain hati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menulis Lagi, Berjuang Lagi

Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...