Masa bersekolah di SMA selalu saya lihat dalam dua sisi yang berbeda. Saya sangat bangga belajar di salah satu SMA terbaik di Yogya, sekaligus ada rasa minder berada di tengah-tengah teman-teman yang pintar. Dualitas perasaan itu masih terasa sampai sekarang tetapi tetap, semua itu dibingkai oleh rasa bangga dan bahagia-lah pernah belajar di sana.
Tentu saja di masa SMA ada kenangan yang indah dan kenangan yang kurang indah (saya tidak menyebutnya sebagai kenangan buruk lho…). Kenangan yang indah adalah, seperti halnya masa remaja siapa pun, saya berusaha menjadi dewasa. Kata para pakar, masa remaja adalah masa keadaan “chaos” jiwa, di mana kita sedang mencari-cari bentuk identitas yang ingin kita pilih untuk mencapai fase relatif stabil, di mana identitas sudah relatif terbentuk. Walau begitu, identitas tetaplah cair dan tidak pernah membeku.
Untunglah, pada masa pembentukan identitas itu saya mengenal dan bersahabat dengan teman-teman yang hebat dalam kepribadian dan intelensia. Beberapa tetap berteman dekat sampai sekarang dan lebih banyak lagi yang tetap kontak walau tidak akrab, antara lain melalui forum ini. Saya juga berada dalam suasana kondusif untuk belajar pada waktu itu walau peringkat saya di kelas termasuk terburuk dalam karier saya selama bersekolah.
Salah satu hal yang indah di jaman SMA itu adalah musiknya. Saya mengenal musik transisional bagi diri saya pada jaman SMA. Saya belum punya band atau penyanyi favorit seperti pada saat kuliah. Saya belum mendengarkan musik “aneh” satu pun, seperti Sonic Youth atawa Nine Inch Nails. Saya belum tahu banyak tentang musik populer pada waktu itu. Istilah jaman sekarangnya, newbi untuk musik. Untuk genre musik, mungkin masa SMA adalah masa saya mulai beralih dari lagu pop a la love song.
Genre musik yang banyak disukai oleh para remaja pada awal dekade 1990-an itu adalah slow rock. Banyak band dikenal di Indonesia karena memiliki beberapa lagu beraliran “slow rock”, semisal White Lion, Gun ‘n Roses, Scorpion, Bon Jovi, bahkan band Nirvana dan Metallica pun dulu dikenal karena lagu mereka yang “slow”.
Pada masa itu juga ada program acara sebuah stasiun radio terkenal yang mengakomodir irama slow rock ini. Nama acaranya juga “slow rock” yang diputar tiap malam Sabtu. Dulu RRI pun mempunyai acara serupa di setiap malam Rabu sampai pagi. Saya dan teman-teman akrab saya beberapa kali turut menginap di RRI Kotabaru untuk siaran acara itu. Saya berterima kasih pada mas Eddy Yono yang membolehkan kami ikut siaran dan menikmati lagu-lagu slow rock bagus (dan mengopinya…hehe…).
Ada satu lagu yang saya kira mewakili era itu. Masa SMA mungkin tidak bisa dengan mudah kita deskripsikan dengan kata-kata seperti di lagu ini. Lagu itu berjudul “More than Words” oleh Extreme. Makna lagu yang berbicara tentang cinta ini pun tidak harus menghadirkan pengalaman yang sama, tentang cinta. Saya sih lebih menangkap atmosfernya…sebab untuk mengenang tentang cinta ada waktunya sendiri…hehe…
Lagu ini bisa dikatakan lagu slow rock yang paling mencorong pada jamannya. Lagu ini ada di album kedua milik Extreme yang juga menjadi salah satu dari 500 album terbaik versi majalah Rolling Stone, Pornograffiti (1990). Tidak hanya lagu ini, semua lagu di album tersebut adalah lagu yang bagus dan mewadahi berbagai aliran musik walaupun rock tetap yang utama.
Untuk sekenang kedar-kedaran (meminjam istilah dari korporasi pabrik kata, Joger) inilah lagu yang membuat saya terkenang pada masa SMA. Lagu yang masih asyik dinyanyikan sendiri ataupun bersama-sama. Untuk teman-teman yang saya tag, apa lagu “slow rock” kesukaan kalian?
More than Words
By Extreme
Saying I love you
Is not the words I want to hear from you
It's not that I want you
Not to say, but if you only knew
How easy it would be to show me how you feel
More than words is all you have to do to make it real
Then you wouldn't have to say that you love me
Cause I'd already know
What would you do if my heart was torn in two
More than words to show you feel
That your love for me is real
What would you say if I took those words away
Then you couldn't make things new
Just by saying I love you
More than words
Now I've tried to talk to you and make you understand
All you have to do is close your eyes
And just reach out your hands and touch me
Hold me close don't ever let me go
More than words is all I ever needed you to show
Then you wouldn't have to say that you love me
Cause I'd already know
What would you do if my heart was torn in two
More than words to show you feel
That your love for me is real
What would you say if I took those words away
Then you couldn't make things new
Just by saying I love you
More than words
Kamis, 31 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Menulis Lagi, Berjuang Lagi
Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...
-
Baru-baru ini kita dikejutkan kembali oleh peristiwa penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW. Set e lah penyebaran film Fitna tahun lalu, kal...
-
Untuk seorang sahabat lama di hati dan bukan dalam kehidupan nyata.... Entah mengapa aku sangat merindukanmu sekarang. "Urgency of now...
-
Membicarakan “nyala api”, entah mengapa saya jadi ingat dengan lagu the Doors, “Light My Fire”. Mungkin makna lagu ini tidak ada hubungan la...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar