Suatu kali kita mungkin mendapatkan efek yang berbeda ketika mengakses media. Kita ingin mendapatkan hiburan, mencerah-cerahkan hati, dengan menonton sebuah film sederhana misalnya, kita malah mendapatkan “asupan” untuk pikiran. Begitu pula sebaliknya, kita ingin mendapatkan pengetahuan ketika membaca sebuah buku, kita malah mendapatkan penghiburan. Penghiburan yang membuat hati kita semakin kaya.
Begitulah yang saya dapatkan ketika mendengarkan album rilisan terkini dari Melancholic Bitch, “Balada Joni dan Susi” (rilis 19 November 2009). Maksud hati ingin lebih mendapatkan pengalaman musikal yang kaya, saya malah mendapatkan “penguatan” rasio untuk berkontemplasi mengenai kehidupan sosial masyarakat dan menganalisisnya.
Saya sebenarnya ingin sekali hadir pada saat peluncuran album ini. Sayang, kegiatan di luar kota memaksa saya tidak bisa menghadirinya. Padahal, peluncuran album ini berlokasi sangat dekat dengan rumah saya, di Padepokan pak Bagong. Hanya tinggal menyeberangi kali dari rumah mertua. Padahal, saya juga ingin sekali bertemu Ugo, vokalis Melbi, yang sedikit saya kenal. Sebagai sesama orang Lampung, entah bagaimana ada “kedekatan” yang saya rasakan dengan dia...kedekatan etnisitas ternyata tidak bisa hilang…hehe….
Selain itu, tentu saja saya ingin menghadiri acara launching album ini karena ingin mengenal lebih mendalam komunitas musik indie di Yogya. Sebagian sudah saya kenal, sebagian adalah teman-teman di kampus walau kebanyakan lebih muda. Lebih banyak lagi yang belum saya kenal. Peluncuran album itu adalah event yang bagus untuk berkumpul.
Sebenarnya, saya sudah lama suka dengan band indie Yogya legendaris ini. Sayang saya hanya punya satu EP-nya, “Live at Ndalem Joyokusuman”, yang dirilis pada tahun 2003. Empat tahun sebelum saya memutuskan untuk mendalami musik Indonesia tanpa pretensi pada tahun 2007 lalu.
Album ini menunjukkan pada kita, bahwa setiap pesan media, termasuk album musik, memiliki narasi. Cerita yang mengalir dan ditata dengan runtut dengan karakter dan setting tertentu. Dari majalah musik bagus yang saya baca, DAB edisi Oktober-November 2009, album yang bernarasi ini hadir karena dua peristiwa yang ditonton para personelnya di berita kriminal di televisi.
Berdasarkan wawancara dengan majalah DAB itu, kita mengetahui dua berita yang menjadi inspirasi album ini. Pertama, berita tentang seorang lelaki yang tewas dipukuli sekelompok orang setelah terpergok mencuri di sebuah supermarket. Kedua, berita tentang seorang perempuan yang ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa, diduga karena pneumonia, di sebuah kamar penginapan murahan.
Dua berita itulah yang kemudian dijabarkan ke dalam dua belas lagu yang bercerita. Lagu-lagu yang memiliki cerita masing-masing seperti cerpen pada kumpulan cerpen. “Potongan cerita” itu kemudian menyatu menjadi sebuah cerita utuh dalam satu album. Narasi utama adalah kisah cinta dua anak manusia kelas pekerja. Kisah cinta yang tidak digambarkan dengan indah, tetapi dengan riil walau tetap saja mempersona. Kisah cinta yang tercermin lewat lagu “7 Hari Menuju Semesta”. Serangan rasa kasmaran yang ingin dituntaskan dalam waktu singkat, 7 hari, seperti Tuhan menciptakan alam semesta.
Perasaan cinta yang menggetarkan hadir di “Nasihat yang Baik”. Lagu ini adalah lagu favorit saya di album ini. Cinta bisa hadir dalam kondisi fisik yang sakit, dan kondisi sosial yang menghimpit. Cinta itu dibayangkan bisa mengatasi semuanya tetapi faktanya tidak akan mungkin bisa. Struktur bercerita, dan bila divisualkan dalam video klip, mungkin mirip dengan lagu Smashing Pumpkins, “Try Try Try”. Dua anak muda miskin yang berjuang keras untuk hidup walau yang mereka punya hanyalah eksistensi masing-masing.
Tentu saja ada narasi-narasi lain yang lebih kecil. Album ini tidak hanya berbicara mengenai kisah dua cinta anak manusia kelas pekerja, Joni dan Susi, tetapi juga membicarakan beragam topik sosial. Misalnya, kehadiran “negara” dan aparat keamanan (baca: polisi) yang justru menyulitkan kohesi sosial, bukan menjadi penegak peraturan dan pihak yang mewujudkan hak-hak warga.
Hal lain yang dibicarakan adalah kritik terhadap televisi (komersial) di Indonesia. Di dalam lagu “Akhirnya, Masup TV” sangat jelas dibicarakan hal itu. Manusia kelas pekerja akhirnya muncul tampil di televisi tetapi dalam keadaan yang menyedihkan, tewas dipukuli karena kedapatan mencuri. Topik ketimpangan sosial juga disampaikan. Ironi dari kemajuan disampaikan dengan gamblang di “Dinding Propaganda” dan “Apel Adam”. Keterpaksaan melakukan tindakan kriminal dan indahnya supermarket tercermin di dua lagu tersebut.
Narasi ini akhirnya ditutup oleh lagu “Noktah pada Kerumunan”, yang bicara tentang dilema antara kebebasan individu dan kolektivisme. Topik serupa muncul juga pada lagu sebelumnya, “Mars Penyembah Berhala” yang bicara tentang penonton televisi sebagai massa. Massa selalu dilihat sebagai sekumpulan manusia sangat banyak dan irrasional. Massa bisa merusak dan menghancurkan. Tetapi massa juga sebenarnya sebentuk kumpulan manusia yang hadir dalam keseharian manusia Indonesia; ketika mereka antri dalam pembagian daging kurban (pada Idul Adha kemarin), antri dalam membeli handphone murah, seratus ribu rupiah saja, dan secara atomistik “berkumpul” menonton tayangan televisi.
Pendeknya, narasi ini mengantarkan kita pada kontemplasi pada kondisi sosial kita, mengapa kita sebagai masyarakat seperti ini? Juga mendesakkan agar kita menganalisisnya secara kritis, apa yang bisa kita lakukan dengan kondisi sosial mengkhawatirkan seperti ini?
Narasi ini belumlah selesai…menunggu tindakan personal kita menuju pada kolektivitas yang konstruktif. Bagi Melbi, narasi ini tentunya belum juga selesai…kami, para penikmat musik, menunggu lanjutan narasi yang sama menginspirasi, atau bahkan lebih. Kami berharap kalian terus hadir dan sama-sama berkontemplasi…dan sama-sama terus kritis terhadap kondisi sosial masyarakat kita.
Melancholic Bitch - Balada Joni dan Susi (2009)
Daftar Lagu:
1. Intro
2. Bulan Madu
3. 7 Hari Menuju Semesta
4. Distopia (feat. Silir)
5. Mars Penyembah Berhala
6. Nasihat yang Baik
7. Dinding Propaganda
8. Apel Adam
9. Akhirnya Masup Tipi
10. Menara
11. Noktah pada Kerumunan (feat. Purwanto & Okky Gembuz)
12. Outro
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Menulis Lagi, Berjuang Lagi
Di akhir tahun mencoba lagi menulis rutin di blog ini setelah sekitar enam tahun tidak menulis di sini, bahkan juga jarang sekali mengunjung...
-
Baru-baru ini kita dikejutkan kembali oleh peristiwa penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW. Set e lah penyebaran film Fitna tahun lalu, kal...
-
Untuk seorang sahabat lama di hati dan bukan dalam kehidupan nyata.... Entah mengapa aku sangat merindukanmu sekarang. "Urgency of now...
-
Membicarakan “nyala api”, entah mengapa saya jadi ingat dengan lagu the Doors, “Light My Fire”. Mungkin makna lagu ini tidak ada hubungan la...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar